"Saya sudah menyerukan pengusaha untuk counter campaign dari apa yang dilakukan sejumlah LSM Eropa dan Amerika seperti Greenpeace, terhadap hal itu. Bentuk konkretnya, meyakinkan dunia usaha negara lain, bahwa emisi karbon yang dihasilkan CPO sangat aman untuk lingkungan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, saat meluncurkan mobil ramah lingkungan di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10/2013).
CST (Clarifier Settling Tank)
Settling tank adalah suatu tangki yang digunakan untuk pengendapan minyak.
Digester And Press
Station Digesting and Press (Pengadukan dan Pengempaan) adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah (fruit) dengan jalan melumat dan mengempa.
Stasion Thresher
Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara membanting tandan buah segar (TBS) ke dalam drum thresher.
Stasion Sterilizier
Strelizier merupakan salah satu alat pengolahan buah kelapa sawit yang memanfaatkan tekanan steam (uap panas) dari ex turbin untuk merebus tandan buah segar dalam suatu bejana bertekanan.
Stasion Loading Ramp
Loading Ramp merupakan rangkaian proses awal dari pengolahan kelapa sawit sebelum memasuki proses selanjutnya. Fungsi dari Loading Ramp adalah sebagai tempat penampungan semenatra Tandan Buah Segar sebelum dimasukkan ke dalam lori buah (Fruit Cages).
What Is Grading (Sortasion)
Grading adalah suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar sebagai salah satu kendali mutu CPO yang akan dihasilkan baik dari segi kuantitas dan kualitas.
Its All About Palm Oil
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) merupakan hasil perkebunan yang menjadi primadona dan penyumbang keuntungan yang lumayan besar bagi perkembangan perekonomian indonesia.
Jumat, 15 November 2013
News : Gita Wirjawan: Lawan Kampanye Hitam soal CPO
"Saya sudah menyerukan pengusaha untuk counter campaign dari apa yang dilakukan sejumlah LSM Eropa dan Amerika seperti Greenpeace, terhadap hal itu. Bentuk konkretnya, meyakinkan dunia usaha negara lain, bahwa emisi karbon yang dihasilkan CPO sangat aman untuk lingkungan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, saat meluncurkan mobil ramah lingkungan di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10/2013).
News : CPO Masih Bisa Jadi Komoditas Ekspor Unggulan
Direktur Pemasaran Internasional Kementerian Pertanian Mesah Tarigan mengatakan, pada 2014 Indonesia akan memberlakukan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), yang bersifat mandatori bagi produsen CPO.
"Paling tidak kita punya standar. Jadi, kalau ada yang menuduh produk CPO tidak berwawasan lingkungan kita punya hitung-hitungannya," ujar Mesah ditemui usai diskusi publik bertajuk Menyoal Kebijakan Perdagangan Internasional dan Pertanian, di Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Sebagaimana diketahui CPO menjadi komoditas unggulan subsektor perkebunan, di samping karet, coklat, dan kopi. Tiga pasar CPO terbesar yakni India, China, dan Uni Eropa dengan Belanda sebagai konsumen terbesar di UE.
Sepanjang 2012, produksi CPO Indonesia mencapai lebih dari 25 juta ton, dan diprediksi mengalami peningkatan 4 juta ton tahun ini.
Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dalam periode Januari-Agustus 2013 tercatat ekspor CPO sebanyak 13,69 juta ton, atau mengalami kenaikan 18,6 persen dibanding periode sama 2012 yang sebesar 11,54 juta ton.
Sayangnya, lika-liku CPO sebagai salah satu tulang punggung ekspor Indonesia bukan tanpa hambatan. Uni Eropa yang memiliki banyak produsen grapeseed, dan bunga matahari terus berupaya membatasi perdagangan CPO Indonesia.
Setelah tuduhan dumping tak terbukti, UE menuduh CPO merupakan produk yang tak ramah lingkungan. Namun, lanjut Mesah, tuduhan itu pun tak terbukti lantaran angka kepatuhan terhadap keramahan lingkungan sudah lebih tinggi dari yang dituduhkan EPA (Environment Protection Agency).
"Sekarang mereka kalah. Tapi yakin mereka enggak akan berhenti. Ke depan ini dia akan cari lagi macam-macam. Sekarang isu yang kuat ini tentang human right," imbuh Mesah.
"Tadinya orang utan, sekarang human right. Kita dituduh mempekerjakan anak kecil. Padahal kita tidak mempekerjakan. Memang adatnya setelah anak itu pulang sekolah mereka ikut bapaknya ke kebun. Ini bukan child abuse namanya," pungkasnya.
Sebelumnya, dalam diskusi tentang kesepakatan APEC, di Lembaga Ketahanan Nasional, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyoroti gagalnya CPO dan karet masuk dalam daftar produk ramah lingkungan.
Menurutnya, kegagalan CPO masuk dalam EG List ditengarai lantaran Indonesia gagal memberikan argumentasi yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Di samping juga diakui Hatta, ada kepentingan proteksi yang dilakukan negara lain terhadap produk saingan CPO.
"Saya berikan contoh mengapa begitu ngototnya negara maju tidak memasukkan CPO dalam EG List. Dari sekian produk yang dikatakan ramah lingkungan, sesungguhnya juga terdapat protection terhadap produk tertentu," kata Hatta.
Sumber : Kompas.com (14 November 2013)
News : September, Ekspor CPO Menggeliat
Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam laporannya hari ini, Senin (14/1/2013) menyebutkan, ekspor CPO dan turunnanya naik menjadi 1,64 juta di September dari 1,48 juta ton bulan di Agustus. Kenaikan jumlah ekspor itu mencapai 160.810 ton atau naik 10,85 persen.
Dibanding dengan bulan yang sama tahun lalu, volume ekspor CPO juga naik dari 1,38 juta ton September 2012 menjadi 1,64 juta ton di September 2013 atau naik 261.690 ton atau menguat 18,94 persen.
Sumber kenaikan harga CPO terjadi karena keterlambatan panen kedelai di Amerika Serikat (AS) karena hujan yang terus mengguyur Midwest AS. Kemudian, panen bunga matahari juga terlambat karena cuaca yang basah di Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan ekspor minyak nabati negara-negara itu berkurang cukup drastis.
Turunnya produksi minyak nabati dunia itulah yang menaikkan permintaan CPO dari Indonesia. Pada September lalu, ekspor CPO Indonesia ke AS tercatat naik 38.760 ton atau naik 210 persen dibandingkan dengan bulan Agustus, dari 18.410 ton menjadi 57.170 ton.
Sementara itu, India tercatat sebagai pengimpor CPO dan tertinggi dari Indonesia, meskipun nilai mata uang India terhadap dollar belum menunjukkan penguatan yang berarti. India harus menambah stok minyak nabati di menjelang hari raya Idul Adha yang biasanya konsumsi pangannya juga meningkat.
Ekspor CPO ke India bulan September naik menjadi 431.240 ton atau naik 81.540 ton (23,3 ton) dibandingkan ekspor bukan Agustus. Sementara itu permintaan dari China juga tercatat meningkat menjadi 182.740 ton atau naik 12.440 ton (7,3 persen) dibandingkan bulan lalu.
Bertolak belakang dengan negara Uni Eropa, volume ekspor CPO dan turunannya ke negara Uni Eropa turun 359.230 ton di bulan Agustus menjadi 260.740 ton di September atau turun sebesar 98.490 ton (27,4 persen).
Pemberlakuan Anti Dumping Duties pada impor biodiesel yang berasal dari CPO dan minyak kedelai diperkirakan berpengaruh negatif terhadap impor bahan baku biodiesel dari Indonesia dan Argentina yang cukup signifikan.
Disamping itu panen raya rapeseed dan biji bunga matahari walaupun sempat terlambat di negara Uni Eropa juga menyebabkan stok bahan baku biodiesel dan minyak nabati naik. Sentimen positif ini juga diperkirakan sebagai penyebab lain mengapa permintaan untuk biodiesel dan bahan bakunya di Eropa turun. (Asnil Bambani Amri, Uji Agung Santosa)
Sumber : Kompas.com (14 Oktober 2013)
News : CPO Gagal, Indonesia Gulirkan Prakarsa Baru
News : Patokan Harga CPO Dunia Harus Rupiah dan Bukan Ringgit
Anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Golkar Siswono Yudhohusodo mengatakan, pemerintah Indonesia bisa menyuarakan pendapat tersebut dalam perhelatan KTT APEC Oktober mendatang.
"Selama ini Indonesia menjadi negara terbesar dalam produksi kelapa sawit sejak lima tahun terakhir. Namun patokan harga CPO dunia malah memakai ringgit Malaysia, bukan rupiah," kata Siswono dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Ia menilai karena KTT APEC akan berlangsung di Indonesia, maka bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menekan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebab, pemerintah Indonesia telah berhasil memasukkan isu mengenai produk kelapa sawit yang selama ini dinilai sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.
Sebagai negara terbesar produsen CPO, Indonesia mampu memproduksi CPO di tahun ini sebesar 25 juta ton. Sementara Malaysia hanya 18,9 juta ton. “Sebagai pemain terbesar, Indonesia harusnya lebih dominan dalam komoditas ini. Konsumsi minyak kelapa sawit di dunia sendiri meningkat sebanyak 7 persen setiap tahunnya. Harusnya Indonesia lebih agresif,” tuturnya.
Harga minyak kelapa sawit dunia kini sudah melebihi dua kali lipat biaya produksinya dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini yang tidak terjadi dengan komoditas lainnya di Asia selama beberapa dekade.
Saat ini, komoditas nabati dunia didominasi oleh tiga jenis komoditas, yakni sawit, canola, dan soybean (Kacang Kedelai). Pasar sawit mayoritas terdapat di Asia, komoditas Canola mayoritas terdapat di Eropa, dan mayoritas komoditas soybean terdapat di Amerika.
Menurut Siswono, saat ini komoditas sawit lebih kompetitif dan efisien, jika dibandingkan dengan komoditas canola dan soybean. Karena itu, Siswono menduga karena alasan itulah Amerika dan Eropa menekan pasar sawit di Asia. “Ketakutan itulah yang membuat Amerika dan Eropa menahan komoditas sawit,” ujar Siswono.
Bagi Indonesia, ekspor CPO menjadi pendorong utama kinerja ekspor non-migas pada Mei 2013. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Mei 2013 ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Indonesia naik 311,9 juta dollar AS, dari 1.400,4 juta dollar AS pada April 2013 menjadi 1.712,3 juta dollar AS.
“Sebagai tuan rumah APEC seharusnya Indonesia bisa lebih tegas. Tidak perlu malu-malu menjadi pemimpin di bidang yang didominasi oleh Indonesia. Apalagi CPO adalah penyumbang devisa ekspor,” tegasnya.
Sumber : Kompas.com 26 September 2013
News : Produksi CPO Bakal Tembus 28 Juta Ton
News : Indonesia Targetkan Ekspor CPO Naik Dua Kali Lipat
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, cara yang ditempuh yaitu melalui Caranya, dengan meningkatkan kerja sama dengan negara Pakistan atau negara-negara di sekitarnya.
Optimisme tersebut akan bisa diraih dengan menjalin kesepakatan perdagangan atau yang disebut Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Pakistan. Melalui perjanjian kerjasama ini, diharapkan ekspor khususnya komoditas minyak kelapa sawit mentah (CPO) bisa tumbuh tinggi.
"Perjanjian itu akan ditandatangani pekan ini. Sehingga Indonesia bisa ekspor ke Pakistan atau ke negara-negara sekitarnya melalui Pakistan. Harapannya, jumlah ekspor tersebut bisa tumbuh double dari sekarang," kata Bayu saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Dalam catatan Kementerian Perdagangan, ekspor CPO beserta turunnya dari Indonesia ke Pakistan pada tahun 2012 mencapai 714 juta dollar AS. Dengan kesepakatan perjanjian ini, ekspor CPO di tahun 2013 tersebut akan bertambah 200-300 juta dollar AS lagi.
"Sehingga di tahun depan, kami harapkan ekspor CPO ke sana bisa mencapai 1,5 miliar dollar AS," tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, menuturkan jika PTA terlaksana maka ekspor CPO Indonesia ke Pakistan diharapkan meningkat dari 400 ribu ton pada 2012, menjadi 2 juta ton per tahun.